JOB ORDER COSTING








 PROSEDUR AKUMULASI BIAYA :

JOB ORDER COSTING




Job order costing merupakan cara penentuan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi diakumulasikan untuk pesanan (job) tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu.

Contoh perusahaan yang menerapkan job order costing :


Service Sector
Merchandising Sector
Manufacturing Sector
ü  Auditing engagements
ü  Consulting firm engegements
ü  Advertising agency campaigns
ü  Law cases
ü  Auto repair shops
ü  Sending special-order items by mail order
ü  Special promotion of new store products
ü  Aircraft assembly
ü  House contruction

Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan :


Ø  Produk dihasilkan sesuai dengan keinginan pemesan
Ø  Proses pengolahan produk dilakukan secara terputus-putus. Perusahaan mengolah produknya sesuai dengan waktu datangnya order (pesanan). Adakalanya dalam waktu bersamaan perusahaan menerima order lebih dari satu, untuk memenuhi pesanan itu perusahaan tidak dapat mengerjakan lebih dari satu pesanan sekaligus, dimana setiap pesanan mempunyai perbedaan baik itu bentuk, warna, cara pengolahan, dan seterusnya. Karena itulah pengolahan produk dilakukan terputus-putus.
Ø  Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan.


Karakteristik Job Order Costing

Ø  Setiap jenis produk dihitung harga pokok produksinya secara individual.
Ø  Biaya produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Ø  Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang diperhitungkan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.
Ø  Biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik diperhitungkan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.


Manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan

Ø  Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan yang lain. Kebijakan penetapan harga jual yang didasarkan pada biaya menggunakan formula penetapan harga jual sebagai berikut :



Taksiran biaya produksi untuk pesanan

Rp.  xx


Taksiran biaya non produksi yg dibebankan pd pesanan
        xx
+
Taksiran total biaya pesanan
Rp.  xx

Laba yang diharapkan
        xx
+
Taksiran harga jual yang dibebankan pada pemesan
 
Rp.  xx



Ø  Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.

Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah mempunyai harga pasar (market value), sehingga keputusannya adalah menerima atau menolak pesanan. Formula perhitungan harga pokok produk pesanan sebagai berikut :



Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya produksi langsung
Taksiran biaya produksi tidak langsung


Rp.  xx
        xx



+


       Taksiran total biaya produksi

Rp.  xx

Biaya non produksi :
Taksiran biaya administrasi &umum
Taksiran biaya pemasaran
       
Rp.  xx
        xx


        Taksiran biaya non produksi

Rp.  xx
+
Taksiran total harga pokok pesanan
 

Rp.  xx


Ø  Memantau realisasi biaya produksi.
Ø  Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
Ø  Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.



KALKULASI BIAYA PRODUK PESANAN



Dalam kalkulasi biaya produk pesanan, biaya setiap pesanan yang dipro­duksi untuk seorang pelanggan tertentu atau biaya setiap tumpukan (lot) yang akan dibebankan pada persediaan, akan dicatat dalam kartu biaya produk pe­sanan (job-order cost sheet) atau kartu biaya (cost sheet) yang dapat berbentuk kertas atau elektronik. Kartu biaya ini merupakan catatan tambahan yang diken­dalikan oleh perkiraan barang dalam proses. Kendati beberapa pekerjaan atau pesanan diproses dalam pabrik secara serentak, namun setiap kartu biaya di­rancang untuk mengumpulkan biaya bahan baku, upah pekerja, dan overhead pabrik yang dibebankan ke masing-masing pekerjaan. Dalam setiap kartu biaya dican­tumkan nomor pesanan atau produksi. Nomor ini juga akan tertera pada se­tiap surat permintaan bahan dan kartu jam kerja yang digunakan untuk satu pekerjaan. Formulir biaya bahan dan pekerja ini akan ditotal setiap hari atau setiap minggu menurut nomor pesanan dan akan digunakan untuk pencatatan ayat jurnal ikhtisar; sedangkan rinciannya akan dimasukkan ke kartu biaya. Overhead pabrik yang dicatat dalam kartu biaya dihitung berdasarkan taksir­an (Estimasi biaya overhead pabrik), bukan berdasarkan biaya aktual yang dikeluarkan. Jumlah biaya overhead yang dihitung tersebut dina­makan applied factory overhead.









Raya Indah Co.
TWA street, 42134

        Untuk : Saint, Co.
      Produk : Papan No. 14
Spesifikasi : 12’ x 20” x 1”
      Jumlah : 10 unit



Pesanan No. 0204

TANGGAL DIPESAN : 01/06
TANGGAL MULAI DIKERJAKAN : 03/06
TANGGAL DIBUTUHKAN : 10/06
TANGGAL SELESAI DIKERJAKAN : 08/06


BAHAN BAKU LANGSUNG


TANGGAL
NOMOR
PERMINTAAN
JUMLAH


04/06
06/06
08/06
148
150
156
Rp.  1.420.000
780.000
           310.000




Rp.    2.510.000



TENAGA KERJA LANGSUNG


TANGGAL
JAM KERJA
BIAYA
JUMLAH


04/06
05/06
06/06
07/06
08/06
40
32
36
40
  48 .   
196

Rp.  320.000
256.000
288.000
320.000
           384.000






Rp.    1.568.000


OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN


TANGGAL
JAM MESIN
BIAYA
JUMLAH


04/06
05/06
07/06

  16,2
  10,0
    3,2
  29,4 X Rp. 40.000
Rp.  684.000
400.000
         128.000




Rp.    1.176.000



Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik dibebankan
Total biaya pabrik
Rp.    2.510.000
1.568.000
           1.176.000
Rp. 5.254.000

Harga jual                                          Rp.  7.860.000
Biaya pabrik              Rp. 5.254.000
Beban pemasaran              776.000
Beban administrasi             420.000
Total biaya                                                6.450.000
Laba                                                  Rp.  1.410.000








     Contoh Kartu Biaya untuk Pabrik yang mempunyai satu departemen

Kartu biaya ini akan berbeda untuk setiap perusahaan baik dalam bentuk, isi, maupun susunannya. Ba­gian atas dari setiap kartu biaya disediakan untuk nomor pesanan, nama pe­langgan, keterangan mengenai jenis produk yang akan diproduksi, jumlahnya, tanggal dimulainya pekerjaan, dan tanggal penyelesaiannya. Bagian bawah di­sediakan untuk ikhtisar biaya produksi, beban pemasaran dan administrasi, dan laba untuk pesanan tersebut bila telah selesai dikerjakan menurut spesi­fikasi pelanggan. Dalam kartu biaya untuk operasi yang terbagi dalam sejum­lah departemen, biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik yang diterapkan akan diperlihatkan untuk setiap departemen atau pusat biaya.


Perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan :


-          Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku, membebankan bahan baku langsung (direct materials) ke pesanan, dan membebankan bahan baku tidak langsung (seperti bahan penolong) ke overhead.
-          Akuntansi biaya tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead.
-          Akuntansi overhead mengakumulasi biaya overhead, memelihara catatan terinci atas overhead, dan  membebankan sebagian dari overhead ke setiap pesanan.


Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, yaitu :


1.    Pembelian bahan baku
2.    Pengakuan biaya tenaga kerja langsung
3.    Pengakuan biaya overhead pabrik
4.    Penggunaan bahan baku
5.    Distribuai beban gaji tenaga kerja
6.    Pembebanan estimasi biaya overhead
7.    Penyelesaian pesanan
8.    Penjualan produk

Contoh Soal :

PT. VIOLA berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Dalam bulan September 200X, PT. VIOLA mendapat pesanan untuk mencetak undangan (No. 101) sebanyak 1.500 lembar. Harga yang dibebankan adalah Rp. 3.000,00 per lembar. Pada saat yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan (No. 102) sebanyak 20.000 lembar, dengan harga Rp. 1.000,00 per lembar. Berikut ini kegiatan produksi dan pencatatan akuntansi untuk memenuhi pesanan tersebut :


Pembelian bahan baku dan bahan penolong

Untuk membuat kedua pesanan tersebut, perusahaan membeli bahan baku A dan bahan penolong X sebagai berikut :
Bahan baku A         Rp.  5.475.000
Bahan penolong X  Rp.     470.000

Jurnal :
Persediaan bahan baku
         Utang dagang
5.475.000

5.475.000
Persediaan bahan Penolong
         Utang dagang
470.000

470.000

Pemakaian bahan baku dan bahan penolong

Bahan baku dan bahan penolong yang dipakai sbb :
Bahan baku A  untuk pesanan 101        Rp.  1.350.000
Bahan baku A  untuk pesanan 102              4.125.000
Bahan penolong X                                   Rp.     300.000

Jurnal :
Barang Dalam Proses
         Persediaan bahan baku
5.475.000

5.475.000
BOP Sesungguhnya
         Persediaan Bahan Penolong
300.000

300.000

Pencatatan biaya tenaga kerja
Besarnya gaji dan upah selama periode tersebut adalah Rp. 20.400.000 dengan perincian :
Departemen Produksi :
Upah langsung No. 101 : 225 jam @ Rp. 4.000     Rp.      900.000
Upah langsung No. 102 : 1.250 jam @ Rp. 4.000           5.000.000
Upah tidak langsung                                                        3.000.000
Departemen lainnya :
Gaji karyawan administrasi                                                         4.000.000
Gaji karyawan pemasaran                                              7.500.000

Jurnal :
Gaji dan upah
         Utang gaji dan upah

20.400.000

20.400.000
Barang Dalam Proses
BOP Sesungguhnya
B. Administrasi dan umum
B. Pemasaran
         Gaji dan upah

5.900.000
3.000.000
4.000.000
7.500.000




20.400.000
Utang gaji dan upah
          Kas
20.400.000

20.400.000

Pencatatan biaya overhead pabrik

Perusahaan masih menggantungkan pada tenaga manusia untuk memproses dua pesanan tersebut, sehingga tarif BOP yang dibebankan kepada pesanan diperkirakan sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsungnya :
Pesanan 101 : 150%*BTKL     Rp. 1.350.000
Pesanan 102 : 150%*BTKL     Rp. 7.500.000


BOP yang sesungguhnya terjadi (selain bahan penolong dan upah tidak langsung yang sudah dicatat sebelumnya) sebesar Rp. 5.700.000, dengan perincian :
Biaya depresiasi mesin                                                Rp.      1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik                                 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin                   700.000
Biaya pemeliharaan mesin                                          1.000.000     
Biaya pemeliharaan gedung                                         500.000



Jurnal :
Barang Dalam Proses
         BOP yang dibebankan
8.850.000

8.850.000

BOP Sesungguhnya
         Akum. Depresiasi mesin
         Akum. Depresiasi gedung
         Persekot asuransi
         Persediaan suku cadang
         Persediaan bahan bangunan
5.700.000


1.500.000
2.000.000
700.000
1.000.000
500.000

BOP yang dibebankan
         BOP sesungguhnya
 8.850.000

 8.850.000

Selisih BOP
         BOP sesungguhnya
150.000

150.000

Cat.
BOP sesungguhnya : (5.700.000 + 300.000 + 3.000.000) :  Rp. 9.000.000


Pencatatan harga pokok produk jadi
Misalkan, pada akhir periode pesanan 101 telah selesai, sedang pesanan 102 masih dalam proses, hitunglah harga pokok masing-masing pesanan :

Pesanan 101 :

Biaya bahan baku                    Rp.  1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung   Rp.     900.000
Biaya overhead pabrik              Rp.  1.350.000   +

Harga pokok pesanan 101       Rp.  3.600.000

Pesanan 102 :
Biaya bahan baku                     Rp.   4.125.000
Biaya tenaga kerja langsung   Rp.   5.000.000
Biaya overhead pabrik              Rp.   7.500.000  +

Harga pokok pesanan 102       Rp. 16.625.000

Jurnal :
Persediaan produk jadi
         Barang Dalam Proses
3.600.000

3.600.000




Pencatatan harga pokok produk dalam proses

Jurnal :
Persediaan Produk dalam proses
         Barang Dalam Proses
16.625.000

16.625.000

Pencatatan harga pokok produk yang dijual

Misalkan, perusahaan tidak mempunyai persediaan produk jadi maka harga pokok produk yang dijual (Cost of goods sold = Harga pokok penjualan) adalah sebesar harga pokok produk jadi yaitu sebesar Rp. 3.600.000,-


Jurnal :
Harga pokok penjualan
         Persediaan produk jadi
3.600.000

3.600.000

Pencatatan pendapatan penjualan produk.


Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan No. 101 berupa 1.500 lembar undangan dengan harga jual Rp. 3.000,00 per lembar atau harga total Rp. 4.500.000,-
 
Jurnal :
Piutang dagang
         Penjualan
4.500.000

4.500.000


7 komentar: